Minggu, 07 Oktober 2012

Kuliah Kerja Nyata di Gunung Rinjani, Lombok Timur



KKN atau Kuliah Kerja Nyata adalah salah satu program mata kuliah yang paling ditunggu-tunggu oleh sebagian besar mahasiswa, dengan bebasnya mahasiswa menentukan tema, tim dan lokasi yang akan dijadikan program KKN.

Awalnya saya mendapat tim KKN di daerah Cianjur, karna memang saya tertarik dengan suasana desa di sana yang dipenuhi dengan "sawah", sudah beberapa kali mengadakan pertemuan dengan Tim untuk membahas Program Kerja. Namun, begitu saya tahu rekan satu prodi (Teknik Fisika) saya yang bernama Tono dan Agung mereka akan KKN di lombok, saya jadi tertarik untuk bergabung bersama mereka, mengingat pada waktu itu saya tau di lombok surganya pantai dan gunung. 

Keputusanpun semakin yakin untuk bergabung dengan tim KKN Desa pengadangan-Lombok, lokasi KKN kami berada di bawah kaki Gunung Rinjani, suasana sejuk dan pemandangan Gunung Rinjani yang terlihat jelas setiap harinya menggugah rasa kami yang penasaran untuk mendaki Rinjani , Gunung yang tertinggi ke-3 di Indonesia (3728mdpl).

Dari ke-7 TIM KKN di lombok timur, Tim kami (KKN Unit 132) adalah satu-satunya punya kesempatan untuk mendaki rinjani dan dari 23 anggota tim, hanya 7 anak saja yang punya niat dan tekad untuk mendaki, dengan perlengkapan seadanya, kami pun bergegas ke Kota untuk mencari perlengkapan mendaki.

Hari Pertama

Untuk mencapai di pintu gerbang Taman Nasional Gunung Rinjani hanya memerlukan waktu perjalanan kurang lebih 30 menit dari lokasi KKN kami. Pemandu perjalanan kami bernama Bang Taufik, seorang ketua karang taruna di Desanya. Pada pukul 10:00 WITA kaki-kaki kami mulai melangkah perlahan untuk mendaki, Bismillah semoga sampai tujuan dan pulang dengan selamat.





Setelah berjalan selama 7 Jam melewati hutan belantara dan padang rumput, kami baru saja sampai di Pos 3, kalo mendaki Gunung merbabu sejatinya kami sudah sampai puncak.hehe.



















Tidak ingin rugi melewati momen matahari terbenam (senja), kami beristirahat luamayan cukup lama di Pos 3. Setelah mahgrib kami melanjutkan perjalanan malam untuk sampai di pos terakhir dan bermalam di sana, ya sekitar jam 9 malam kita sampai dan langsung mendirikan tenda, haaah, akhirnya bisa merebahkan badan setelah berjalan selama 11 jam ...

Hari Kedua

Selamat pagi Rinjani, suasana pagi hari di padang safana, lumayan kembali fit euy.

























Kami bergegas melanjutkan perjalanan dengan pemandangan safana dan tanaman edelwise yang sudah mekar, tak sabar hati ingin segera melihat danau segara anak, untuk sampai ke atas bukit kembar itu, butuh waktu selama 2 jam perjalanan.


























Finally, sampai juga di atas bukit kembar dan terlihat sudah danau segara anak yang pesona nya tampa rekayasa, sebelumnya cuma bisa lihat foto hasil browsing di google hihihihi








Tujuan kami selanjutnya adalah menuruni tebing untuk bermalam di danau segara anak dan sebelum turun kami berdoa dulu, karena kata Bang Taufik jalanya terjal, jurang, dan ekstrim.






dan ternyata benar adanya Bang Taufik tidak berbohong, tracknya sungguh ekstrim, perasaan takut pasti ada tapi karena pemandangan dari tebing yang luar biasa Indahnya.

Saya merasa, ini adalah pendakian paling ternekat diluar batas kesadaran. Kenapa? karena kami tidak membawa peralatan safety dan tidak berbekal pengalaman/ilmu climbing sama sekali. Sangat tidak direkomendasikan bagi seseorang yang memiliki Tremor melintas jalur ini.

Hanya doalah yang membawa kami bisa turun denga selamat.


yang penting kalo difoto harus tersenyum dan bergaya dulu untuk menghilangkan rasa takut, pesan moralnya adalah "Sesulit sulit apapun kondisi kita harus tetap terlihat tersenyum bahagia di depan orang-orang"








Alhamdulillah kami sampai di bawah setelah selama 3 jam merangkak menuruni tebing, ada rasa antara percaya atau tidak percaya kami berhasil menuruni tebing dengan selamat dan lancar.


woyooo, danau segara anak sudah terlihat dan di sini kami mendirikan tenda untuk bermalam semalam lagi.

Cerita dari Bang Taufik, di jaman orde pemerintahan soharto beliau melepaskan ribuan bibit ikan di danau segara anak ini, ada rasa aneh juga kenapa ada ikan yang bisa hidup di danau air belerang (panas) dan jumlah ikanya ga bercanda, kami mancing dapat ikan satu karung, banyak banget.

Menetap di Danau Segara anak tidak perlu hawatir keabisan makanan dan minuman, kalo lapar tinggal mancing terus bakar ikan, kalo haus tinggal ambil air bersih yang lokasinyapun tak jauh dari lokasi Camp kami, yang penting bawa beras aja yang banyak karna di sana gak ada sawah padi.


ah, badan pegal pegal pun hilang seketika setelah berendam air hangat, meskipun mengandung belerang tapi tidak terlalu pekat dan masih wajar untuk mandi.

Totally fresh, berendam air hangat sambil memejamkan mata dan sesekali melirik pemandangan sekitar yang menakjubkan sekali,  This is the best part .

Malamnya, sebanyak kurang lebih 30an ikan hasil pancingan kami yang dibakar untuk makan malam.



















Hari ketiga.

Keesokan harinya, selamat pagii rinjani dan danau segara anak, sebelum pulang mandi lagi dan lagi.


haah, maleees banget untuk pulang, rasanya pengen perpanjang 2 hari lagi tapi kami harus segera pulang karena lusa memasuki bulan suci ramadhan dan harus kembali menyelesaikan program-program kerja KKN.




kalo ada kesempatan untuk kembali lagi ke sini, mungkin harus 5-6 hari ya, aamiin



Rinjani, kami pamit pulang ya, baru saja beberapa langkah langsung disambut dengan hujan dan kamipun sempat panik karna tersassar jalan yang tertutup kabut, belum lagi rute jalan pulang harus menaiki tebing curam lagi, padahal di malam hari itu saya sudah Nego dengan bang Taufik agar pulangnya tidak melewati jalan yang sama, tapi beliau tidak mau. Inilah salah satu alasan yang paling membuat saya malas untuk pulang.


ini video rekaman perjalanan ekstrim kita menaiki tebing disaat hujan dan berkabut


Karena Tuhan Bersama Orang-Orang yang Pemberani





Sabtu, 06 Oktober 2012

Merbabu untuk yang ke-Dua kalinya


Lagi dan lagi, setiap ada ajakan dari temen naik gunung selalu dadakan, H-1 nya yang mengagetkan karena lagi momen minggu tenang, ya meskipun libur tetapi masih disibukkan dengan tugas tugas take home UAS.

Yak, malamnya gue beli carrier 80 Liter yang lebih besar dari sebelumnya 45 Liter, besok paginya baru mau Packing, dan siangnya berangkat menuju basecamp gn merbabu di selo, daerah magelang dengan waktu tempuh 1.5 jam dari jogja.

Istirahat sejenak di basecamp sambil menyantap nasi goreng dan teh manis hangat, tepat pukul 14:00 WIB kita start pendakian.

Gn merbabu untuk yang kedua kalinya, sebelumnya di tahun 2011 Gn merbabu via jalur cuntel (perdana naik gunung), dan sekarang via jalur selo.

Sampai juga di pos dua setelah berjalan selama dua jam, istirahat sejenak sambil penyesuaian pengaturan regulasi pernapasan dengan tekanan udara setempat. hooosh,,




Nampak nya kita sudah berada di negri di atas awan, dan ini yang paling ditunggu-tunggu ketika sang surya hendak akan terbenam dan hamburan cahaya nya yang terdispersi di balik awan putih.





Secangkir kopi yang tidak panas karena dinginya udara sekitar, sebatang rokok, dan panorama sunset yang sudah mengisi semangat kita kembali untuk melanjutkan perjalanan malam untuk menuju padang sabana satu.

Biasanya, setiap kali naik gunung, setelah 3-4 jam berjalan, kaki pasti menderita menahan sakit atau istilahnya keram, itu dulu, maksudnya ketika gue masih "overweight", sekarang alhamdulilah setelah berat badan turun 18kg sudah tidak merasakanya lagi. 

Dengan sedikit sombongnya
gue      : "Gung, gue selama jalan tadi belum pernah bilang keram dan bilang breeaak kan?"
agung  : "Wuih somboong, sombong "
gue     : "heuheuheu"

Setelah itu, baru saja berjalan kurang lebih sepuluh langkah, tiba tiba betis terasa sakit dan semakin sakit sampai gue teriak "aaahh, tunggu !! " serontak temen temen menghentikan perjalananya.

Dan ternyata keram kembali menyerang, kecewa dan merasa sia-sia karena usaha selama 3 bulan menurunkan berat badan sebanyak 15 kg. Perjalanan harus terus berlanjut, setelah memakai celana panjang untuk menutupi kaki dan betis yang kedinginan, akhirnya rasa keram pun hilang dan kembali seperti biasa, alhamdulilah karena biasanya rasa sakit keram ga akan pernah hilang sepanjang perjalanan dan hilangnya 2 hari kemudian setelah turun/sampai di rumah, perjalanan pun kembali lancar tanpa merasakan sakit keram untuk yang kedua kalinya dan sampai pada akhirnya tiba di padang sabana satu jam 8 malam, tempat di mana kita mendirikan tenda untuk bermalam dan keesokan harinya kembali mendaki untuk sampai di puncak teratas (3100mdpl).





Masih kepikiran dengan peristiwa keram , nampaknya gue keram karena perubahan cuaca dari sore ke malam yang drastis dingin banget, hanya memakai celana pendek dan satu hal yang terlupakan, karena kesombongan gue (percakapan di atas) juga kayanya , karma memang ada. pelajaran yang berarti sekali.

Bangun jam 4 subuh, rasanya malas banget untuk muncak, tetapi karena terbakar semangat dari temen, rasa malas pun pergi tertiup angin yang kencang di pagi hari, angin gunung lebih jahat dari angin laut.

Dan ini untuk pertama kalinya gue tiba di puncak teratas, setelah dua kali naik gunung belum pernah sampai puncak karena ya tidak kuat menahan rasa sakit kaki yang keram, hanya sampai pos terakhir sebelum puncak, dan pada saat itu berat badan masih overweight.





Sunrise yang mengagumkan


Sayang sekali, perjalanan 7 jam untuk sampai di puncak teratas, tetapi hanya bisa menghabiskan 30 menit bersantai santai sambil mengabadikan momen di puncak dan harus segera turun kembali karena angin yang kencang dan dinginya yang gak ada pengertianya.

ini dia sabana yang di maksud, ada padang sabana satu dan padang sabana dua, di balik bukit itu sabana dua. Pemandangan yang langka dan meremanjakan mata.





Nah, kalo yang di belakang kita itu si Ganteng gunung merapi (2900mdpl)





Ada 5 tenda yang diisi rombongan 15 orang malaysia, jauh-jauh ke jogja untuk mendaki gunung merbabu, kasian ya di negara nya tidak ada gunung yang seindah ini.


Mereka itu anak-anak dari Satu Bumi (mapala Fakultas Teknik UGM) yang menjadi guide dari ke-15 orang malaysia yang mendaki di gunung merbabu sedang mempersiapkan sarapan untuk mereka (rombongan malaysia)